Sabtu, 02 Desember 2017

Bersyukur


Bismillah.
Melihat kenyataan.
Kadang tanpa terasa kita membandingkan kehidupan fulanah dengan hidup kita.
Disadari atau tidak, sengaja atau tidak.
Misalnya saja pas kita menemukan fulanah yang qaddarullah  -walhamdulillah wa baarokallahufyha- anak orang kaya. Hidupnya sudah mapan karena fasilitas semua dari orang tuanya. Rumah,  mobil, pembantu,  bahkan ngurusi anak saja "mbahnya" yang banyak bantu.
Mulai memandikan sampai menyuapi dll.
"Surga dunia"
Mungkin itu yang kita gumamkan.
TETAPI,
Masih ada tanda baca KOMA,
Sebelum tergesa menuju tanda TITIK,
Tidakkah kita sadari bahwa sudah fitrah SEMUA MANUSIA AKAN DIUJI?
Apalagi yang mukmin.
Tidak terkecuali fulanah yang dengan kehidupan "wahh" tadi. Hanya saja kedua mata kita terlalu terbatas untuk melihat apa ujiannya.
Dan mungkin justru karena pandainya fulanah tadi menutupi kesedihannya,  yang nampak dimata kita selalu senyumannya. Maa syaa Allah.
Sampai-sampai kita mengira :
"Enaknyaaa  fulanah itu..  Seneng terus hidupnya,  nggak pernah susah kayak aku.. Bla... Bla.. Bla... Ilaa akhir"
Akhirnya,
Yang ada kita terus MENDONGAK
Melihat ke atas TANPA BATAS
Merasa kita ini orang  "paling" susah SEDUNIA
LUPA AKAN NIKMAT-NIKMAT ALLAH
Terlebih nikmat mengenal sunnah...
Allahu ya.. rabbanā,
Cukupilah kami dengan gemerlapnya qana'ah dalam hati..
Sehingga lisan kami selalu basah dengan tahmid
Memuji-Mu
Dalam setiap keadaan kami
Instropeksi ditengah genangan nikmat Allah....
Jangan mudah terbawa perasaan saat melihat orang lain bergelimang kebahagiaan,
Karena yang namanya bahagia itu mesti berteman dengan airmata,
Tidak ada yang abadi di DUNIA ini teman...
Nanti,
BAHAGIA yang kekal,  selama-lamanya
Tak ada tangis dan  kesedihan padanya
MURNI BAHAGIA SAJA,
Disana,  di Jannah-Nya
Al Faqirah ila Rabbiha,
Najiyah